AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

 

PENERAPAN BUDAYA POSITIF

DI SMP NEGERI 1 BEBANDEM

 

Oleh : Ni Made Ary Dwi Purnami, S.Pd.,Gr

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 4 KABUPATEN KARANGASEM, BALI

 

 

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki laku nya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuh nya kekuatan kodrat anak”.  Agar mampu menuntun tumbuh kembang anak sesuai dengan kodratnya maka Peran tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat sangat penting sebagai pengontrol dari berbagai aktivitas peserta didik sehingga mampu mewujudkan karakter murid sesuai dengan karakter profil pelajar pancasila yang diinginkan.

Mewujudkan murid dengan karakter profil pelajar pancasila yang diinginkan perlu dilakukan penerapan budaya positif sekolah. Budaya positif sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Penerapan budaya positif tentunya tidak lepas dari penerapan disiplin positif sekolah. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari disiplin positif ini adalah untuk membentuk motivasi intrinsik yang keluar dari dalam diri anak yaitu untuk menghargai diri sendiri, menjadi insan sesuai yang mereka harapkan.

Salah satu cara untuk mampu memotivasi murid dari dalam dirinya adalah dengan membuat keyakinan kelas. Keyakinan kelas memotifasi anak dari dalam, atau memotivasi secara intrinsic, karena keyakinan kelas membuat murid akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada sekedar mengikuti peraturan. keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan permasalahan di dalam sebuah kelas, yang pada akhirnya akan menciptakan budaya positif.

Pembuatan keyakinan kelas dilaksanakan oleh guru bersama-sama dengan murid, dimana murid memiliki kesempatan untuk menyampai kesepakatan apa yang ingin dibuat dan akan diyakini didalam kelas tersebut. Kesepakatan kelas yang dibuat hendaknya dibuat dalam bentuk keyakinan positif dengan kalimat-kalimat yang mudah dipahami dan mampu diyakini oleh murid. Keyakinan kelas yang dibuat ditulis dalam bentuk poster, ditandatangani oleh seluruh warga kelas dan ditempel ditempat yang strategis dan mudah untuk dilihat.

Dalam pelaksanaan keyakinan kelas yang telah dibuat, disepakati konsekuensi yang akan didapat apabila kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan oleh murid. Konsekuensi tersebut berupa hal-hal yang bersifat membangun dan bukan merupakan hukuman yang dapat merusak karakter murid. Apabila murid keluar dari keyakinan kelas yang telah disepakati maka akan dilaksanakan restitusi terhadap murid tersebut.

Restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk bisa melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang mereka perbuat, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Pelaksanaanya dapat dilaksanakan dengan melaksanakan segitiga restitusi pada murid, yaitu dimulai dari menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah dan mengembalikan lagi pada keyakinan yang telah disepakati.

Penerapan budaya positif di lingkungan sekolah dengan menerapkan keyakinan kelas dan segitiga restitusi merupakan hal yang efektif untuk menumbuhkan kembali budaya-budaya positif yang mulai bergeser karena kurang efektifnya sekolah dimasa pandemi. Selain untuk mengembalikan perubahan karakter murid di masapandemi, penerapan budaya positif dilingkungan sekolah diharapkan dapat menjadi pondasi karakter murid sehingga terwujudnya sumber daya manusia yang berprofil pelajar pancasila.

Berdasarkan hal tersebut dilaksanakan aksi nyata di lingkungan SMP Negeri 1 Bebandem sebagai berikut.

1.      Pembuatan keyakinan kelas bersama murid SMP Negeri 1 Bebandem

Aksi nyata pembuatan keyakinan kelas dilaksanakan di kelas VII E SMP Negeri 1 Bebandem, dengan jumlah murid 29 orang. Penyusunan keyakinan kelas dimulai dengan guru menyampaikan pentingnya membuat keyakinan kelas pada murid dan dilanjutkan dengan murid memberikan masukan mengenai kesepakatan kelas yang diinginkan. Setelah disepakati keyakinana kelas tersebut ditulis di kertas poster dan dipasang didinding kelas yang strategis sehingga mudah untuk dilihat oleh seluruh warga kelas.



Gambar 1. Pembuatan keyakinan kelas dengan murid 
SMP Negeri 1 Bebandem

 

Gambar 2. keyakinan kelas yang sudah disepakati murid

SMP Negeri 1 Bebandem


Gambar 3. Keyakinan kelas yang sudah di tempEL di dinding kelas

SMP Negeri 1 Bebandem

Dalam pelaksanaan keyakinan kelas yang telah dibuat, disepakati sangsi yang akan didapat apabila kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan oleh murid. Saat murid melakukan tindakan yang keluar dari keyakinan kelas maka akan dilaksanakan restitusi.

Gambar 4. Pelaksanaan restitusi terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan keyakinan kelas


2.      Pengimbasan materi inti budaya positif dan sosialisasi aksi nyata yang telah dilaksanakan. 

    Pengimbasan dilaksakan dengan minimal 5 orang guru di SMP Negeri 1 Bebandem secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting. Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancer dan mendapat respon positif dari guru-guru peserta pengimbasan. Terdapat beberapa kendala yang ditemui saat melakukan sosialisasi, salah satunya kendala jaringan internet karena saat pelaksanaan terjadi hujan lebat sehingga jaringan internet terganggu. Namun berkat kerjasama yang baik maka proses sosialisasi dapat berlangsung dengan semaksimal mungkin.

Pelaksanaan sosialisasi dapat disimak melalui link berikut :

https://www.youtube.com/watch?v=wB7xAwpW_XA

           Demikian pelaksanaan aksi nyata modul 1.4 budaya positif di SMP Negeri 1 Bebandem. Semoga budaya positif di lingkungan sekolah mampu diterapkan, sehingga tercipta lingkungan yang positif dengan karakter murid yang diinginkan yaitu karakter murid dengan Profil Pelajar Pancasila.

                       

Komentar

  1. Saya sependapat dengan ibu, dengan adanya keyakinan kelas akan dapat menumbuhkan budaya positif di sekolah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini